Rabu, 10 Juni 2009

Teori Multiple Intelligence

Latar Belakang Multiple Intelligence

Dr. Howard Gardner, Co. Director of Project Zero dan guru besar di Harvard University, selama bertahun-tahun telah melakukan penelitian tentang perkembangan kapasitas kognisi manusia. Ia telah mendobrak tradisi umum teori kecerdasan yang menganut dua asumsi dasar, bahwa kognisi manusia itu bersifat satu kesatuan dan bahwa setiap individu dapat dijelaskan sebagai makhluk yang memiliki kecerdasan yang dapat diukur dan tunggal. Setiap kecerdasan memiliki ciri perkembangan, dan dapat diamati dalam populasi tertentu.

Gardner berpendapat bahwa kecerdasan manusia tidak dapat disimpulkan hanya dengan penilaian IQ saja, karena nilai tes IQ hanya menggambarkan dua jenis kecerdasan saja, yaitu kecerdasan bahasa dan logika matematika. Tes IQ bukan mengukur kualitas yang dibutuhkan untuk sukses seperti kemauan keras, percaya diri, dan motivasi. Meskipun nilai IQ seseorang sangat tinggi, pada suatu waktu tanpa pendidikan yang mendukung kecerdasannya (kurang stimulus, masalah keluarga, kurang tantangan, dan lain sebagainya), nilai IQ bisa mengalami penurunan dan tidak menjamin kesuksesan dalam menjalani hidup.

Saat sedang bekerja di Boston Veterans Administration Medical Center, dia menyadari bahwa pasien dengan kerusakan otak kehilangan kemampuan yang berbeda bergantung lokasi cederanya. Sebagai contoh, kerusakan pada cuping depan (frontal lobe) mengakibatkan kesulitan berbicara dengan tata bahasa yang benar, meskipun tidak memengaruhi kemampuan untuk memahami apa yang dikatakan. Dalam bukunya Frames of Mind, Gardner mengatakan,

“... ketidakmampuan berbahasa yang lebih spesifik ternyata berhubungan dengan daerah tertentu di otak; ini termasuk kesulitan dalam mengulang, menamai, membaca, dan menulis.” (1983, hal. 51)

Dia mencatat bahwa beberapa orang yang mengalami alphasia (kehilangan kemampuan berbahasa) karena kerusakan otak dapat mempertahankan kemampuan musikal mereka. Dan sebaliknya, beberapa orang lainnya mengalami kehilangan kecakapan musikal mereka tetapi masih mampu berbahasa. Bagi Gardner, kehilangan yang berbeda-beda ini menunjukkan bahwa ada dasar biologis untuk setiap kecerdasan tertentu. Berangkat dari definisi bahwa kecerdasan adalah kemampuan untuk menyelesaikan masalah atau menciptakan sesuatu yang bernilai dalam suatu budaya, Gardner mengembangkan seperangkat kriteria untuk menentukan serangkaian kecakapan yang membangun kecerdasan. Kriteria ini difokuskan pada menyelesaikan masalah dan menciptakan produk, dan didasarkan pada fondasi biologis dan aspek psikologis dari kecerdasan. Dia mengemukakan bahwa sebuah kemampuan dapat dianggap sebagai kecerdasan jika memenuhi beberapa (tidak perlu semua) kriteria di bawah ini.

1. Memiliki potensi untuk terisolasikan karena kerusakan otak. Sebagai contoh, suatu kerusakan otak, seperti yang terjadi pada penyakit stroke dapat menimbulkan seseorang kehilangan kemampuan berbahasa.

2. Ditunjukkan dengan keberadaan idiot-genius (orang cacat yang menunjukkan kegeniusan dalam bidang spesifik, seperti matematika atau musik), berbakat, individu luar biasa lainnya yang memperlihatkan tingkat kecakapan tinggi pada satu bidang. Sebagai contoh, dengan mengamati orang yang memperlihatkan kemampuan luar biasa dalam satu jenis kecerdasan, kita dapat melihat kecerdasan tersebut secara tersendiri atau terisolasi dari kecerdasan-kecerdasan lainnya.

3. Memiliki operasi (proses) inti atau seperangkat operasi yang dapat dikenali. Kecerdasan musikal terdiri dari kepekaan terhadap melodi, harmoni, irama, nada, dan struktur musik. Kecerdasan berbahasa terdiri dari kepekaan pada struktur dan tata kalimat, kosakata, ritme, irama, serta perangkat sastra (seperti aliterasi atau pengulangan bunyi yang sama pada suku kata pertama).

4. Memiliki sejarah perkembangan yang berbeda, berikut serangkaian kinerja puncak yang bisa didefinisikan. Atlet, penyair, dan salesman menunjukkan karakteristik kinerja seperti ini.

5. Memiliki sejarah evolusioner atau probabilitas evolusioner. Binatang menunjukkan bentuk-bentuk kecerdasan spasial, dan burung memiliki kecerdasan musikal.

6. Didukung oleh uji psikologis. Tes dapat menunjukkan bagaimana kecerdasan itu berdiri sendiri atau saling berhubungan.

7. Didukung oleh temuan-temuan psikometrik. Sebagai contoh, sederetan tes dapat mengungkapkan kecerdasan mana yang mencerminkan faktor tersembunyi yang sama.

8. Memiliki kelemahan terhadap pengodean ke dalam sistem simbol. Kode-kode seperti bahasan, peta, angka, dan ekspesi wajah menangkap komponen-komponen dari beragam kecerdasan.

Definisi kecerdasan yang didukung oleh kriteria-kriteria tersebut -kemampuan untuk menyelesaikan masalah atau menciptakan suatu produk yang bernilai dalam masyarakat-sangat berbeda dari definisi kecerdasan yang digambarkan dalam tes standar dan tes bakat (tes yang didasarkan pada kefasihan berbicara, kosakata luas, dan kecakapan berhitung). Sementara definisi kecerdasan tradisional berfokus pada pengetahuan dan kecakapan lembam yang hanya berguna di sekolah, definisi Gardner jauh lebih luas.

Setelah menerapkan kriterianya itu, Gardner berkesimpulan bahwa ada lebih banyak kecerdasan daripada yang direkomendasikan oleh tes IQ dan yang biasanya dihargai di sekolah. Tentu saja, Gardner bukanlah orang yang pertama mengemukakan bahwa ada lebih dari satu kecerdasan. Beberapa dekade lalu, J.P. Guilford menciptakan Struktur Kecerdasan, sebuah model yang mengidentifikasi lebih dari 90 macam kapasitas intelektual. Robert Sternberg juga telah mengembangkan Triarchic Theory of Intelligence, yang mengandung tiga bentuk kecerdasan. Baru-baru ini, Daniel Goleman dengan “Kecerdasan Emosi” dan Robert Coles dengan “Kecerdasan Moral”-nya telah mendapatkan banyak perhatian.

Semua teori tersebut sama-sama berkeyakinan bahwa kecerdasan merupakan kapasitas dengan banyak segi dan kompleks. Model Gardner berbeda dengan teori lain dalam dimensi, basis ilmiah, dan implikasinya terhadap pendidikan.

Pengertian Multiple Intelligence (Kecerdasan Ganda)

Howard Gardner mendefinisikan kecerdasan sebagai kemampuan untuk menyelesaikan masalah dan menghasilkan produk yang bernilai dalam masyarakat. Ia juga mendefinisikan kecerdasan sebagai potensi biopsikologi untuk memproses bentuk-bentuk informasi yang spesifik dalam cara-cara tertentu.

Berdasarkan kriteria kecerdasan seperti yang telah disebutkan di atas, Gardner menemukan setidaknya manusia memiliki 8 bentuk kecerdasan. Teorinya tersebut disebut dengan Multiple Intelligence (Kecerdasan Ganda).

Multiple Intelligence is a natural way to structure learning. All the aspects of the person are taught to, meaning can be extracted, and applications can be made to life. The children in our classromm are multifaceted and have many apibilities.

Kecedasan ganda adalah cara dasar pada pembelajaran stuktur. Semua aspek-spek manusia telah dipelajari juga, arti dapat dikutip dan penerapan dapat dibuat untuk hidup. Peserta didik di kelas beraneka ragam dan memiliki banyak kemampuan.

Menurut Gardner, multiple intelligence adalah kemampuan menyelesaikan masalah dan menciptakan produk yang dibuat dalam satu atau beberapa budaya. Ia mendefinisikan multiple intelligence sebagai kecerdasan yang dimiliki seseorang, baik itu dalam bentuk kreativitas, kemampuan berpikir, atau ketrampilan.

Penelitian Gardner telah menjelaskan kecerdasan manusia sebelumnya, serta menghasilkan definisi tentang konsep kecerdasan yang sungguh pragmatis. Gardner tidak memandang kecerdasan manusia berdasarkan tes standar, namun Gardner menjelaskan kecerdasan sebagai berikut.

1. Kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan nyata.

2. Kemampuan untuk menghasilkan persoalan-persoalan baru untuk diselesaikan.

3. Kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang akan menimbulkan penghargaan dalam budaya seseorang.

“Menciptakan suatu produk” dapat mencakup mengubah kanvas kosong menjadi lukisan yang menggugah emosi, atau juga bisa berarti membentuk dan memimpin sekelompok orang yang semula tidak pernah bisa bersepakat dalam hal apa pun menjadi sebuah tim produktif. Definisi “menyelesaikan masalah atau menciptakan sebuah produk” bersifat pragmatis, berfokus pada penggunaan kemampuan dalam situasi kehidupan nyata.

Teori kecerdasan ganda merupakan validasi tertinggi gagasan bahwa perbedaan individu adalah penting. Pemakaiannya dalam pendidikan tergantung pada pengenalan, pengakuan, dan penghargaan terhadap minat dan bakat masing-masing. Teori kecerdasan ganda bukan hanya mengakui perbedaan individual ini untuk tujuan praktis, tetapi juga menganggap sebagai sesuatu yang normal, wajar, dan sangat berharga.

Di sisi lain, Gardner menjelaskan bahwa kecerdasan ganda mempunyai karakteristik konsep sebagai berikut.

1. Semua intelejensi itu berbeda-beda.

2. Semua kecerdasan dimiliki manusia dalam kadar yang berbeda.

3. Semua kecerdasan dapat diekslorasi, ditumbuhkan, dan dikembangkan secara optimal.

4. Adanya indikator kecerdasan dalam tiap-tiap kecerdasan. Dengan latihan, seseorang dapat membangun kekuatan kecerdasan yang dimiliki.

5. Semua kecerdasan-kecerdasan tersebut bekerja sama mewujudkan aktivitas yang dilakukan individu.

6. Semua jenis kecerdasan ditemukan di semua lintasan kebudayaan di dunia dan kelompok manusia.

7. Kecerdasan dapat diekspresikan melalui profesi dan hobi.

Bentuk Multiple Intelligence (Kecerdasan Ganda)

Dalam teori multple intellligence terdapat delapan jenis kecerdasan, yaitu:

1. Linguistik: kemampuan dalam bidang bahasa.

2. Matematika dan logika: suka ketetapan dan menyukai berpikir abstrak dan struktur.

3. Visual dan spasial: berpikir dengan menggunakan gambar, termasuk gambar-an mental, cakap bekerja dengan peta, grafik dan diagram, menggunakan gerak-an untuk membantu pelajaran.

4. Musik: sensitif terhadap mood dan emosi, menyukai dan mengerti musik.

5. Interperpesonal: mudah bergaul, mediator, pintar berkomunikasi.

6. Intrapersonal: mengerti perasaan sendiri, dapat memotivasi diri sendiri, mengerti siapa dirinya, mengerti dan sangat memerhatikan nilai dan etika hidup.

7. Kinestetik: kemampuan pengendalian fisik yang sangat baik, ahli dalam pekerjaan tangan, suka menyentuh, dan memanipulasi obyek.

8. Naturalis: mencintai lingkungan/alam, mampu menggolongkan obyek, mengenali, dan berinteraksi dengan hewan dan tanaman.

Bila semua kecerdasan ini ditumbuhkan, dikembangkan, dan dilibatkan dalam proses pembelajaran, menurut hasil penelitian oleh para pakar accelerated learning dan motede pembelajaran modern, maka akan sangat meningkatkan efektivitas dan hasil pembelajaran. Berikut penjelasan masing-masing bentuk kecerdasan seperti yang tertulis dalam buku Genius Learning Strategy karya Adi W. Gunawan.

1. Kecerdasan Linguistik

Kecerdasan linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan. Kecerdasan ini mencakup kemampuan untuk menangani struktur bahasa (sintaksis), suara (fonologi), dan arti (semantik).

Kecerdasan linguistik bersifat universal. Daerah Broca di otak kita bertanggung jawab terhadap kemampuan berkomunikasi dan menghasilkan kalimat dengan struktur tata bahasa yang benar. Sedangkan daerah yang menangani pengertian terhadap informasi verbal yang kita dengar adalah daerah Wernick pada lobus temporal.

Kemampuan mempelajari bahasa ada pada diri setiap anak. Tidak peduli anak itu lahir di mana dan dari suku bangsa atau negara apa, apabila ia mendapat rangsangan auditori, anak akan mampu berbicara dengan bahasa yang digunakan di komunitasnya. Rangsangan auditori ini tentunya adalah bahasa yang digunakan orang tuanya.

Untuk bisa berhasil dalam mempelajari suatu bahasa, mutlak dibutuhkan suatu lingkungan yang penuh dukungan, yang memperbolehkan terjadinya kesalahan dalam proses pembelajaran, lingkungan yang menyenangkan dan menantang. Lingkungan seperti ini sangat menentukan kecepatan dan keberhasilan penguasaan suatu bahasa, pada masa-masa puncak daya serap dan kemampuan anak mempelajari bahasa ibunya. Dr. Georgi Lazanov sangat memahami persyaratan ini dan berhasil menciptakan kembali, melalui teknik suggestopedic yang ia kembangkan, suasana yang sangat kondusif ini. Tidak heran bila orang yang belajar bahasa asing dengan teknik ini mempunyai tingkat keberhasilan yang sangat tinggi dengan kecepatan yang luar biasa.

Kecerdasan linguistik mencakup kepekaan terhadap arti kata, urutan kata, suara, ritme, dan intonasi dari kata yang diucapkan. Termasuk kemampuan untuk mengerti kekuatan kata dalam mengubah kondisi pikiran dan menyampaikan informasi.

Anak dengan kecerdasan linguistik yang terasah dengan baik akan menunjukkan kesukaan dalam bermain dan memanipulasi kata. Mereka biasanya mempunyai perbendaharaan kata yang luas. Mereka menyukai puisi, rima, permainan kata, dan pintar mengekspresikan diri mereka melalui bahasa tulisan maupun lisan.

2. Kecerdasan Matematika dan Logika

Orang dengan kecerdasan matematika dan logika yang berkembang adalah orang yang mampu memecahkan masalah, mampu memikirkan dan menyusun solusi dengan logis. Mereka suka angka, urutan, logika, dan keteraturan. Mereka dapat mengerti pola dan hubungan serta mampu melakukan proses berpikir deduktif dan induktif.

Menurut Gardner, model perkembanngan kognitif yang dicetuskan oleh Jean Piaget secara garis besar sebenarnya merupakan gambaran dari pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan matematika dan logika. Jadi, mulai dari interaksi anak dengan obyek dalam ruang dan waktu, melalui pengenalan akan angka dan perkembangan pemahaman akan simbol tersebut dan implikasi dari hipotesis. Sebenarnya di sini kita dapat melihat suatu evolusi dari kecerdasan matematika dan logika.

Anak dengan kecerdasan matematika dan logika yang terasah dengan baik akan suka sekali dalam mencari penyelesaian suatu masalah, menunjukkan suatu minat yang besar terhadap analogi dan silogisme. Mereka suka beraktivitas yang melibatkan angka, urutan, pengukuran, dan perkiraan.

3. Kecerdasan Visual dan Spasial

Kecerdasan visual dan spasial adalah kemampuan untuk melihat dan mengamati dunia visual-spasial secara akurat, dan kemudian bertindak atas persepsi tersebut. Kecerdasan ini melibatkan kesadaran akan warna, garis, bentuk, ruang, ukuran, dan juga hubungan di antara elemen-elemen tersebut.

Jenis kecerdasan ini sangat menonjol dalam diri pemain catur, navigator, arsitek maupun desainer. Penyelesaian masalah dengan kecerdasan ini melibatkan kemampuan untuk melihat obyek dari berbagai sudut pandang, memanipulasi secara tiga dimensi dalam ruang dan waktu. Hemisfir kanan atau otak kanan berperan besar dalam mengendalikan kegiatan ini. Orang yang mengalami kerusakan pada hemisfir kanan sering kehilangan kemampuan untuk mengenali wajah atau tempat, tidak mampu bergerak leluasa di antara benda atau obyek atau menemukan jalan untuk mencapai suatu tempat. Sering kali mereka juga sulit untuk “melihat” melalui mata pikiran mereka (imajinasi).

Kecerdasan visual dan spasial sangat jelas terlihat pada anak-anak. Kemampuan ini terlihat dengan sangat jelas ketika anak bermain dengan melibatkan imajinasi mereka. Pernahkan anda melihat anak memainkan beberapa peran sekaligus, saling berkomunikasi atau main rumah-rumahan dan pasar-pasaran? Sebenarnya saat mereka bermain, mereka menggunakan kecerdasan visual dan spasial. Saat kanak-kanak adalah masa yang paling mudah untuk mengembangkan kecerdasan ini. Sering kali seiring dengan pertambahan usia kita telah kehilangan kemampuan ini, kemampuan untuk menggunakan imajinasi atau visualisasi. Kabar baiknya, kecerdasan atau kemampuan ini, seperti juga kecerdasan lainnya, dapat kita latih dan kembangkan. Tidak jadi masalah berapa usia kita saat ini.

Hasil riset menunjukkan bahwa kemampuan untuk membentuk suatu gambar mental (baca: imajinasi atau visualisasi) melibatkan suatu proses aktivasi rangkaian elekro-kimiawi di otak yang efeknya sama bila kita melihat benda yang nyata. Jadi, baik kita melihat sesuatu yang riil ataukah kita melihat hanya dengan mata pikiran, efek yang timbul akan sama. Hal ini menjelaskan mengapa hanya dengan membayangkan makan jeruk yang masam akan membuat air liur keluar. Efeknya persis sama dengan makan jeruk yang sesungguhnya.

Orang yang telah mengembangkan kecerdasan visual dan spasial mereka dengan baik akan mampu menciptakan kembali gambar dari kejadian atau obyek yang pernah mereka alami, termasuk mengingat kembali emosi yang berhubungan dengan pengalaman mereka.

4. Kecerdasan Musik

Kecerdasan musik adalah kemampuan untuk menikmati, mengamati, membedakan, mengarang, membentuk, dan mengekspresikan bentuk-bentuk musik. Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap ritme, melodi, dan timbre dari musik yang didengar.

Otak kanan kita mengendalikan persepsi dan penciptaan musik. Musik adalah bahasa universal. Dalam setiap suku bangsa di dunia ini, musik selalu hadir menjadi bagian yang tak terpisahkan dari identitas mereka. Bakat musik muncul pada usia yang sangat dini. Banyak contoh klasik yang dapat kita temui yang membuktikan hal ini. Mozart adalah salah satu contoh yang paling mudah kita ingat.

Musik mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan kemampuan matematika dan ilmu sains dalam diri seorang anak. Murid di suatu sekolah vokal, yang mayoritas kurikulumnya adalah tentang seni dan suara, ternyata menunjukkan kemampuan yang tinggi dalam bidang matematika. Banyak peneliti yang percaya bahwa kemampuan di bidang matematika dan ilmu sains ini berkembang karena murid sejak kecil telah dilatih memanipulasi nada suara, tempo, ritme, dan mengerti hubungan di antara simbol atau notasi musik.

Saat dilakukan survei di 17 negara terhadap kemampuan anak didik usia 14 tahun dalam bidang sains, ditemukan bahwa anak dari negara Belanda, Jepang, dan Hongaria mempunyai prestasi tertinggi di dunia. Saat diteliti lebih mendalam, ternyata ketiga negara ini memasukkan unsur seni dan musik secara intensif ke dalam kurikulum mereka. Hal ini diperkuat oleh hasil peneltian Dr. Mark Tramko, ahli saraf dari Harvard Medical School, yang membuktikan adanya tumpang tindih pada sel otak yang memproses musik, bahasa, logika-matematika, dan abstract reasoning.

Anak dengan kecerdasan musik yang berkembang akan suka bernyanyi, menyukai ritme musik, puisi, jingle, dan membuat suara-suara yang tidak berarti namun sangat mereka sukai. Mereka dapat belajar dengan lebih maksimal bila musik menemani proses pembelajaran mereka. Mereka dapat membuat lagu dan memasukkan informasi yang ingin mereka pelajari dalam lagu tersebut.

5. Kecerdasan Interpersonal

Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk mengamati dan mengerti maksud, motivasi, dan perasaan orang lain. Kecerdasan ini juga melibatkan kepekaan ekspresi wajah, suara, dan gerakan tubuh dari orang lain dan mampu memberikan respons secara efektif dalam berkomunikasi.

Saat kecerdasan personal, interpersonal, dan intrapersonal digunakan, maka dalam operasinya kecerdasan personal ini cenderung mengaktifkan dan menggunakan bentuk kecerdasan lainnya.

Kecerdasan interpersonal adalah suatu kemampuan untuk masuk ke dalam diri orang lain, mengerti dunia orang lain, mengerti pandangan, sikap, kepribadian, dan karakter orang lain. Dengan menggunakan kecerdasan interpersonal, kita akan mampu mengamati perubahan kecil yang terjadi pada mood, perilaku, motivasi, dan perhatian orang lain. Mereka yang berhasil mengembangkan kecerdasan ini dengan sangat baik akan sangat mudah untuk menjadi seorang ahli terapi, konselor, guru, penjual, pembimbing atau mentor, dan pembicara publik.

Murid dengan kecerdasan interpersonal yang berkembang dengan baik akan sangat menikmati kegiatan kelompok dan collaborative learning. Mereka juga sangat suka dengan kegiatan yang mengharuskan mereka melakukan pengamatan interaksi manusia, melakukan wawancara dengan orang dewasa, menetapkan aturan kelas, menentukan dan membagi tugas dan tanggung jawab, dan mengikuti permainan yang melibatkan upaya penyelesaisan suatu konflik.

6. Kecerdasan Intrapersonal

Berbeda dengan kecerdasan interpersonal yang sangat berhubungan dengan diri orang lain, kecerdasan intrapersonal adalah kecerdasan yang berhubungan dengan kesadaran dan pengetahuan tentang diri sendiri. Kecerdasan ini melibatkan kemampuan untuk secara akurat dan realistis menciptakan gambaran mengenai diri sendiri (kekuatan dan kelemahan); kesadaran akan mood atau kondisi emosi dan mental diri sendiri, kesadaran akan tujuan, motivasi, keinginan, proses berpikir, dan kemampuan untuk melakukan disiplin diri, mengerti diri sendiri dan harga diri.

Dengan kecerdasan ini selain mampu untuk mengerti perasaan, emosi, motivasi diri sendiri, menilai, dan mempertimbangkan proses berpikir, kita juga dapat menyimpulkan tindakan atau perilaku apa yang akan mengikuti semua proses internal ini. Semakin kita dapat menyadari dan membawa perasaan dan emosi kita ke level pemikiran sadar, kita akan semakin baik dalam berhubungan dengan dunia di luar diri kita. Orang dengan kecerdasan intrapersonal yang kuat adalah orang yang mampu memotivasi dirinya sendiri, memiliki tingkat pemahaman yang tinggi dan akurat terhadap dirinya sendiri dan sangat menghargai nilai dan etika moral.

Orang dengan kecerdasan intrapersonal yang berkembang baik akan suka menggunakan jurnal atau diari untuk mencatat hal-hal penting yang ada dalam pikiran mereka dan membantu mereka dalam proses pembelajaran. Selain itu, mereka juga dapat bekerja secara mandiri. Mereka kadang terlihat malu dan agak introvert (tertutup).

7. Kecerdasan Kinestetik

Kecerdasan kinestetik merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan kita dalam menggunakan tubuh kita secara terampil untuk mengungkapkan ide atau pemikiran dan perasaan dan mampu bekerja baik dalam menangani dan memanipulasi obyek. Kecerdasan ini juga meliputi keterampilan fisik dalam bidang koordinasi, keseimbangan, daya tahan, kekuatan, kelenturan, dan kecepatan. Kecerdasan ini sangat menonjol pada diri seorang penari, atlet, pematung, pemusik, aktor, mekanik, dokter bedah, dan ahli permata.

Integrasi gerakan ke dalam proses pembelajaran akan sangat membantu meningkatkan daya ingat karena otak mengingat dan menjangkarkan informasi yang dipelajari dengan memasukkan unsur pengalaman.

Contoh yang mudah adalah bila kita hendak mengajar anak menghapal posisi suatu negara dengan menggunakan peta dunia. Bila sekedar menghapal dengan cara melihat, murid mungkin akan bingung. Untuk membantu murid meningkatkan daya ingatnya, mintalah murid untuk menggambarkan peta itu dalam ukuran yang besar, di lantai, dan minta murid untuk berjalan menuju negara yang anda sebutkan.

Sangat disayangkan, seiring dengan semakin tingginya level pendidikan, kemungkinan murid untuk mengakses dan menggunakan kecerdasan ini semakin berkurang. Sangat jarang kita temukan praktek pengajaran di kelas yang membolehkan murid bergerak aktif. Murid umumnya diwajibkan untuk duduk manis dan diam saat guru mengajar.

Murid kinestetik di kelas dapat diberdayakan dengan menggunakan teknik simulasi, permaianan peran, drama pantomin, perjalanan dan kunjungan ke lingkungan, rehat yang teratur, atau bermain brain gym.

8. Kecerdasan Naturalis

Kecerdasan naturalis adalah kemampuan untuk mengenali, membedakan, menggolongkan, dan membuat kategori terhadap apa yang dijumpai di alam maupun di lingkungan. Inti dari kecerdasan ini adalah kemampuan manusia untuk mengenali tanaman, hewan, dan bagian lain dari alam semesta. Walau pada awalnya kecerdasan ini berkembang sebagai alat untuk manusia dalam berhubungan dengan alam sekitar, perkembangan terakhir dari kecerdasan ini juga meliputi kemampuan untuk membedakan benda buatan manusia seperti mobil, sepatu, pesawat, dan perhiasan.

Mungkin anda, ibu-ibu, akan merasa heran mengapa suami anda mampu mengenali jenis mobil, merk, tipe, dan tahun pembuatan hanya dengan sekali melihat. Padahal bagi ada semua mobil itu sama. Atau mungkin anda pernah bertemu dengan orang yang sangat hobi mengumpulkan perangko, memelihara tanaman atau hewan, pecinta alam, pendaki gunung, semua ini merupakan bentuk aktivitas yang merupakan perwujudan dari kecerdasan naturalis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar